BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Uang merupakan alat yang sah sebagai pembayaran
dalam melakukan transaksi jual beli dan setiap negara pasti memiliki mata uang
sendiri yang nilanya tidak sama antara mata uang satu negara dengan negara
lain. Untuk itulah adanya kurs tukar atau nilai tukar yang disepakati antar dua
negara yang tukar-menukar mata uang masing-masing negara tersebut. Saat ini,
Indonesia sedang diguncang oleh terus
melemahnya kurs rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat. Kurs tukar
rupiah yang terus melemah terhadap dolar sangat beerdampak terhadap
perekonomian Indonesia, baik itu berdampak positif maupun berdampak negatif.
Dolar Amerika Serikat yang merupakan patokan mata
uang di seluruh dunia walaupun kenyataannya masih terdapat mata uang yang lebih
kuat daripada dolar Amerika Serikat yaitu mata uang Euro (EUR) yang digunakan
hampir di sebagian besar negara-negara di Eropa dan Poundsterling (GBP) yang
merupakan mata uang negara Ratu Elizabeth, Inggris. Namun tetap saja, dolar
Amerika Serikat menjadi patokan utama mata uang dunia dan patokan utama
pertukaran uang di dunia.
Keadaan rupiah yang terus melemah sejak akhir 2014 ini yaitu Rp 12.396,00
per US$ 1 (diambil per 31 Desember 2014). Bank Indonesia merilis kurs tukar
rupiah terhadap dolar per akhir Agustus 2014 sudah melemah sebesar Rp 11.715
per US$ 1. Pada akhir September 2014 kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar
melemah sebesar Rp 12.228,00 dan per Oktober 2014 menguat mencapai Rp 12.201,00
per US$ 1. Pada dua bulan sebelum tahun 2014 berakhir, rupiah ditutup menguat
lagi diposisi Rp 12.190,00 per November 2014 dan pada akhir Desember 2014
rupiah melemah di posisi Rp 12.396,00. Banyak para ahli ekonomi Indonesia yang
memprediksikan bahwa pada awal tahun 2015 rupiah akan terus melemah.
Bank Indonesia kembali merilis kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar pada
akhir bulan Januari 2015 ditutup melemah yaitu Rp 12.644,00. Bahkan pada bulan
Februari 2015 kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar hampir mencapai titik Rp
13.000,00 per US$1 yaitu Rp 12.931,00. Benar saja per 31 Maret 2015 rupiah
kembali ditutup melemah sebesar Rp 13.084,00 , hal ini terlihat sungguh miris
karena Indonesia saat ini sedang gencar menguatkan keadaan ekonomi dan hasilnya
malah berbanding terbalik mata uangnya, rupiah Indonesia malah terseok-seok dan
bertekuk lutut terhadap dolar Amerika Serikat. Kurs tukar rupiah terhadap dolar
per 30 April 2015 tampak menguat lagi sebesar Rp 12.950,00 per US$ 1 dan per
tanggal 7 Mei 2015 rupiah ditutup anjlok sebesar Rp 13.148,00. Angka yang
sangat fantastis mengingat pergolakan ekonomi di Indonesia yang terus
berkembang.
Banyak masyarakat Indonesia yang mengharapkan nilai tukar rupiah terhadap
dolar kembali stabil di posisi Rp 10.000,00 sekian atau bahkan mencapai Rp
9.000,00 sekian seperti pada tahun 2012 yang lalu. Sehingga harga bahan-bahan
kebutuhan pokok masyarakat Indonesia tidak naik secara drastis. Sifat pasar
yang gemar menaikkan harga-harga ketika dolar naik dan tidak pernah menurunkan
harga-harga ketika dolar turun membuat sebagian masyarakat Indonesia merasa
kehidupannya terancam. Hal ini dikarenakan ketika harga-harga kebutuhan naik tidak
diimbangi pula dengan naiknya pendapatan.
1.2.
Rumusan Masalah:
1. Apa
faktor yang menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat?
2. Bagaimana
dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap sektor bisnis?
2.1. Sektor
bisnis apa saja yang diuntungkan atas pelemahan nilai tukar rupiah?
2.2. Sektor
bisnis apa saja yang dirugikan atas pelemahan nilai tukar rupiah dan apa upaya
yang dilakukan oleh para pengusaha menghadapi hal ini?
3. Bagaimana
upaya pemerintah dalam menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat?
1.3.
Tujuan
1. Mengetahui
penyebab melemahnya nilai tukar rupiah terhada dolar Amerika Serikat
2. Mengetahui
sektor bisnis apa saja yang diuntungkan dan dirugikan atas melemahnya nilai
tukar rupiah terhadap dolar serta kiat pengusaha dalam mempertahankan bisnisnya
3. Mengetahui
upaya yang dilakukan pemerintah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Penyebab melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar Amerika Serikat
Dalam
perdagangan internasional, kurs mata uang dapat diartikan sebagai perbandingan
nilai antar mata uang di setiap negara dengan negara lain. Nilai tukar atau
nilai kurs merupakan sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar uang
terhadap pembayaran saat ini atau di kemudian hari, antara mata uang
masing-masing negara. Setiap negara selalu menginginkan nilai mata uangnya
stabil terhadap mata uang di negara lain, namun untuk mencapai hal tersebut
tidaklah mudah. Menguat atau melemahnya nilai tukar mata uang tidak hanya
ditentukan oleh kondisi dan kebijakan ekonomi dalam negeri, akan tetapi juga
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian
negara lain yang menjadi mitra dalam perdagangan internasionalnya serta kondisi
non-ekonomi seperti keamanan dan kondisi politik.
Berikut merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika
Serikat, baik itu faktor dalam negeri maupun faktor luar negeri:
a. Faktor
dalam negeri mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
· Perekonomian
Indonesia yang kurang mapan
Rupiah termasuk soft currency, yaitu mata uang yang mudah terdepresiasi
(depresiasi; melemahnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara
lain yang dtentukan oleh mekanisme pasar) karena pereknomian di negara asalnya
kurang mapan. Mata uang negara- negara berkembang umumnya adalah mata uang tipe
ini, sedangkan mata uang negara maju seperti Amerika Serikat disebut hard currency, karena kemampuannya untuk
mempengaruhi nilai mata uang yang lebih lemah. Selain itu sebagai salah satu
negara berkembang, Indonesia berbagi sentimen dengan negara berkembang lainnya.
Artinya, ketika sentimen terhadap negara-negara berkembang secara umum baik,
maka nilai rupiah akan cenderung menguat. Sebaliknya, ketika negara-negara
berkembang yang lain banyak terjadi kerusuhan, bencana, dan lain sebagainya,
maka rupiah akan melemah.
· Pelarian
modal kembali ke luar negeri (Capital
Flight)
Modal yang beredar di Indonesia,
terutama di pasar finansial, sebagian besar adalah modal asing. Ini membuat
nilai rupiah sedikit banyak tergantung pada kepercayaan investor asing terhadap
prospek bisnis di Indonesia. Semakin baik iklim bisnis Indonesia maka akan
semakin banyak investasi asing di Indonesia dan dengan demikian rupiah akan
semakin menguat. Sebaliknya, semakin negatif pandangan investor terhadap
Indonesia, rupiah akan kian melemah. Mari ambil contoh pemotongan stimulus yang
dilakukan oleh Bank Central Amerika Serikat, The Fed, baru-baru ini. Kebijakan
uang ketat (tight money policy)
tersebut membuat investor
memindahkan investasinya dari Indonesia kembali ke barat
sehingga kemudian diikuti oleh pelemahan
nilai tukar rupiah terhadap dolar.
· Ketidakstabilan
Politik-Ekonomi di Indonesia
Faktor yang paling mempengaruhi Rupiah
adalah kondisi politik- ekonomi. Performa data ekonomi Indonesia, seperti
pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto/Gross Domestic Product), inflasi, dan
neraca perdagangan, juga cukup mempengaruhi rupiah. Pertumbuhan yang bagus akan menyokong nilai rupiah,
sebaliknya defisit neraca perdagangan yang bertambah akan membuat rupiah terdepresiasi.
Dua sisi dalam neraca perdagangan, impor dan ekspor, sangat penting disini.
Inilah sebabnya kenapa sangat penting bagi Indonesia untuk menggenjot ekspor
dan mengurangi ketergantungan pada produk impor, defisit neraca perdagangan
Indonesia dan tingginya inflasi yang menyebabkan kebutuhan akan dolar meningkat
tajam karena impor lebih besar daripada ekspor.
· Kultur
bangsa yang cenderung konsumtif dan boros
Kultur bangsa yang cenderung konsumtif
dan boros serta public policy terkait
utang. Pemerintah akan kesulitan berutang di dalam negeri, maka kekurangan akan
ditutupi dengan berutang ke luar negeri. Maka karena utang harus dibayar dengan
mata uang dolar, nilai tukar rupiah terhadap dolar dipastikan melemah.
b.
Faktor di luar negeri mempengaruhi
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
·
Keadaan ekonomi Amerika Serikat yang baik
Dalam 8 tahun terakhir ekonomi AS memang
cukup stabil, dan bahkan dalam 6 tahun terakhir mencapai kondisi pertumbuhan
yang relatif tinggi, tingkat pengangguran turun, dan inflasi rendah. Kenaikan
tingkat bunga yang cukup tinggi tidak akan membuat pertumbuhan ekonomi mereka
menurun tajam.
·
Rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral
Amerika The Fed tahun ini
Stimulus moneter sebesar 20% dari PDB
Amerika atau US$3,8 triliun akan ditarik perlahan oleh Bank Sentral AS dengan
menaikkan suku bunga. Dalam tiga tahun kedepan akan naik 2,5%-3%, AS ekonominya
meningkat sendiri sehingga suku bunganya juga naik.
2.2.
Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat
Nilai rupiah yang tidak stabil akan
sangat mempengaruhi ekonomi makro Indonesia. Secara garis besar, ada tiga
variabel yang mempengaruhi ekonomi makro Indonesia. Variabel pertama yang
berhubungan dengan nilai tukar rupiah berupa nilai keseimbangan permintaan dan
penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing. Merosotnya nilai tukar rupiah
merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena
menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata
uang asing sebagai alat pembayaran internasional. Dampak yang akan terjadi
adalah meningkatnya biaya impor bahan baku.
Variabel yang kedua adalah tingkat
suku bunga, dimana akan meningkatnya nilai suku bunga perbankan yang akan
berdampak pada perubahan investasi di Indonesia. Sedangkan variabel yang ketiga adalah terjadinya inflasi, meningkatnya
harga secara umum dan continue akibat konsumsi masyarakat
yang meningkat, dan berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi dan
spekulasi.
2.2.1. Sektor Usaha Yang Diuntungkan Atas
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar
·
Produk Indonesia di luar negeri
(Ekspor)
Harga produk
Indonesia yang dijual di luar negeri akan makin murah lagi. Secara teoritis,
hal ini bisa meningkatkan pangsa pasar bagi produk-produk Made in Indonesia.
Selain itu, perusahaan berorientasi ekspor menerima pembayaran dari luar negeri
dalam bentuk Dolar AS yang nilainya semakin tinggi seiring melemahnya rupiah.
Dengan sendirinya, kondisi ini bisa meningkatkan ekspor Indonesia.
a.
Perikanan
Sejumlah perusahaan perikanan yang
berorientasi ekspor memanfaatkan momentum ini untuk bisa menggenjot penjualan
ekspor mereka hingga akhir tahun. Sebagai catatan, PT Dharma Samudera Fishing
Industries Tbk (DSFI) membukukan penjualan 1.848 ton atau senilai Rp 136,54
miliar selama semester I–2015. Sebanyak 1.548 ton atau senilai Rp 131,47 miliar
diantaranya untuk ekspor, sisanya lokal. DSFI juga berhasil mencetak laba
bersih Rp 3,78 miliar. Berbeda dengan DSFI, PT Central Proteina Prima Tbk
(CPRO) pada semester I-2015, mencatatkan penjualan Rp 4,64 triliun.
b. Kopi
Selain itu, Ketua Gabungan Eksportir
Kopi Indonesia (Gaeki) Hutama Sugandhi mengatakan, eksportir dan petani kopi
Indonesia mendapatkan keuntungan dari melemahnya mata uang rupiah.
c.
Kakao
Sektor lain,
pengusaha dan petani kakao sebagai bahan baku cokelat meraup keuntungan lumayan
dari pelemahan Rupiah akhir-akhir ini. Sebagai contoh, petani di Sulawesi
Selatan yang mengalami penurunan volume produksi dalam beberapa bulan terakhir,
namun dengan melemahnya rupiah, mereka tetap mendapatkan hasil menggembirakan.
Ketua
Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Sulawesi Selatan, Yusa Rasyid Ali,
mengungkapkan, harga kakao di pasar komoditas dunia sekitar USD3.028 perton.
Kalau saja nilai dolar tidak menguat, dan nilai rupiah melemah, petani dan
eksportir pasti akan rugi.
d.
Mebel
Selain itu, perusahaan
furnitur juga mendapat banyak pesanan. Para pembeli dari beberapa negara
seperti mebel dari Denmark, Jerman, dan Spanyol yang telah melakukan pemesanan
membuat omset penjualan naik hingga 10% dari kondisi normal. Singkat kata,
harga dolar yang tinggi jelas menguntungkan eksportir.
·
Agen Wisata
Sementara
itu, melemahnya nilai tukar rupiah juga menguntungkan agen wisata. Di
Yogyakarta misalnya, mereka kebanjiran pesanan dalam beberapa pekan ini.
Wisatawan mancanegara biasanya melakukan reservasi setahun sebelum kunjungan ke
Yogyakarta. Wisatawan mancanegara yang reservasi itu kebanyakan dari Eropa.
2.2.2. Sektor Usaha Yang Dirugikan Atas
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah dan Upaya Yang Dilakukan Oleh Pengusaha Dalam
Menghadapi Hal Ini
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar sedikit banyak memberi
persoalan terhadap berbagai sektor usaha. Para pengusaha khawatir karena biaya
yang dikeluarkan perusahaan akan meningkat, terutama atas bahan baku yang
berasal dari impor. Sementara daya beli masyarakat justru turun karena harga
barang menjadi mahal.
Berikut adalah beberapa sektor usaha yang terkena
dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar:
·
Pengusaha Tahu dan Tempe
Kita mulai
dari level bawah, bagi para pengusaha yang bahan baku produknya berasal dari
luar negeri, tentu hal ini menjadi kendala yang cukup serius bagi kelangsungan
usahanya. Sebagai contoh ringan, pengusaha tahu tempe yang mengandalkan bahan
baku kedelai impor (karena petani Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan
kedelai nasional). Harga kedelai impor saat ini mencapai Rp 8.300,00 sampai Rp
8.500,00 per kilogramnya dari sebelumnya yang hanya Rp 8.000,00. Walaupun
kenaikan harga kedelai tidak signifikan, bagi pengrajin kecil tentulah hal ini
membebani usaha.
Untuk menyiasati
kenaikan harga kedelai, para pengrajin tahu dan tempe melakukan berbagai hal
untuk menekan kerugian. Mulai dari menaikkan harga, mencampur kedelai impor
dengan kedelai lokal, mengecilkan ukuran, hingga membatasi produksi. Hal ini
hanya dapat berlangsung sementara karena para konsumen nantinya akan mengeluh
dan mulai mencari alternatif lain. Untuk itu para pengrajin tahu dan tempe
berharap pemerintah dapat melakukan berbagai upaya dan kebijakan terkait
kedelai yang selama ini masih sangat bergantung kepada Amerika Serikat.
·
Peternak
Selain tahu dan tempe, pengusaha pakan ternak juga dipastikan mengalami
masalah serius. Hal itu karena lebih dari 50% bahan bakunya diimpor dari luar
negeri. Selama ini para pengusaha mengimpor bahan baku pakan ternak (termasuk jagung)
dari Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, dan India.
Produksi Jagung Nasional yang hanya mencapai 5,5 juta ton/tahun belum mampu
mencukupi kebutuhan jagung nasional yang mencapai 8,5 juta ton/tahunnya. Dengan
naiknya harga pakan ternak, otomatis harga daging ayam juga akan mengalami
kenaikan.
Untuk menyiasati hal ini, para peternak melakukan berbagai hal diantaranya
menaikkan harga daging ternak, memberi pakan alternatif, mengurangi populasi
hewan ternak, dan mengandalkan pemakaian probiotik. Hal ini diharapkan dapat
menekan kerugian serta dapat mendatangkan keuntungan walaupun tidak maksimal.
·
Pengusaha Elektronik dan Otomotif
Harga barang-barang elektronik dan otomotif juga dipastikan akan mengalami
lonjakan drastis. Hal ini karena barang-barang tersebut merupakan produksi luar
negeri, atau jika dibuat di Indonesia, bahan bakunya diimpor dari luar, atau
minimalnya, pemilik/ pemegang saham perusahaan bukan orang pribumi. Kenaikan
harga berdampak pada daya beli masyarakat terhadap produk-produk elektronik dan
otomotif semakin rendah dan para pedagang pastinya bersiap-siap merasakan
penurunan omset penjualannya.
Para pengusaha elektronik
dan otomotif juga melakukan berbagai hal untuk menyiasati dampak dari pelemahan
nilai rupiah terhadap dolar ini. Diantaranya mengurangi kuota impor sampai
dengan 20%, menaikkan harga barang, mengurangi kapasitas produksi, dan menunda
peluncuran produk baru yang sudah diagendakan.
2.3. Upaya
Yang Dilakukan Pemerintah Untuk Menstabilkan Nilai Tukar Rupiah
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat membuat perekonomian di Indonesia berjalan lambat dan hal ini
dikhawatirkan oleh para ekonom akan berlanjut ke krisis ekonomi moneter seperti
yang terjadi pada tahun 1998. Untuk itulah pemerintah Indonesia melakukan
beberapa kebijakan ekonomi yang diharapkan akan menarik minat investor untuk
kembali menanamkan modalnya di Indonesia. Kebijakan-kebijakan ekonomi tersebut,
diantaranya:
·
Menerapkan kembali UU No 7 tahun 2011
Salah satu upaya nyata yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi
pelemahan rupiah adalah menegakkan kembali UU No 7 Tahun 2011 tentang Mata
Uang. UU tersebut dengan tegas menetapkan bahwa setiap transaksi harus
dilakukan dengan mata uang rupiah. Bila berhasil dilaksanakan sepenuhnya, tentu
rupiah akan terjaga dari tekanan fluktuasi. Jadi, di dalam negeri akan dilarang
bertransaksi dengan dolar.
·
Mendongkrak ekspor
Ekspor industri, terutama industri manufaktur, menjadi fokus pemerintah
karena sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah pada kegiatan
ekspor. Upaya untuk meningkatkan ekspor industri manufaktur ini sangat
menjadi perhatian pemerintah, mengingat sektor industri manufaktur merupakan
sektor yang memberikan nilai tambah tinggi bagi kegiatan ekonomi, termasuk
kegiatan ekspor. Untuk mendukungnya, pemerintah telah melakukan revisi terhadap
berbagai peraturan yang terkait dengan ekspor. Terutama di sektor produksi
tekstil, sepatu, kakao, kopi, mebel, serta kertas. Pemerintah juga
mempertimbangkan pemberian fasilitas untuk barang-barang modal yang masuk ke
dalam negeri, agar dapat membantu dunia usaha mempertahankan daya saing
produk-produknya, terutama produk ekspor. Peningkatan ekspor sangat
penting untuk memperkuat nilai tukar rupiah, karena sangat sulit untuk menekan
atau menghentikan aktivitas impor di era perdagangan bebas saat ini. Salah
satu langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan tersebut
adalah dengan menyiapkan seluruh struktur ekonomi nasional untuk mampu bersaing
di era perdagangan bebas.
·
Penerbitan term deposit dan global bond untuk memperkuat
rupiah oleh BI
Pemerintah
tengah menyiapkan legal framework untuk penerbitan obligasi dolar di dalam
negeri. Pendalaman pasar keuangan melalui penambahan instrumen moneter yang
didukung kebijakan pemerintah akan mengatasi pelemahan niilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat.
Kebijakan
bank sentral menerbitkan term deposit dalam dolar AS diprediksi akan menyerap
kelebihan likuiditas valuta asing yang selama ini ditempatkan perbankan di luar
negeri sekaligus menstabilkan rupiah. Bank sentral juga akan melakukan
monitoring melalui operasi moneter dalam valuta asing. Saat ini perdagangan
valuta asing di dalam negeri terbatas karena adanya beberapa ketentuan.
Pertama, transaksi
mata uang di dalam negeri harus memiliki underlying transaction. Kedua, harus
full delivery sehingga tidak bisa menggunakan transaksi non-deliverable
fordward (NDF). Ketiga, invesor asing tidak bisa memegang rupiah. Keempat,
ruang lingkup perdagangan mata uang untuk hedging masih terbatas. Saat ini bank
sentral hanya mengizinkan hedging untuk tiga bulan dan enam bulan.
·
Penekenan empat paket kebijkan yang berorientasi
jangka panjang
Ada empat
paket kebijakan yang akan diteken pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi
setelah nilai tukar rupiah terpuruk. Pertama, pemberian insentif pajak kepada
perusahaan yang melakukan ekspor dan perusahaan yang melakukan reinvestasi di
dalam negeri dan keuntungan yang didapatnya. Kedua, upaya perlindungan produk
dalam negeri melalui kebijakan Bea Masuk Anti Dumping Sementara (BMADS) dan Bea
Masuk Tindakan Pengamanan Sementara (BMTPS). Ketiga, penerapan bebas visa.
Keempat, penggunaan biofuel yang diharapkan bisa menghemat devisa yang dipakai
untuk impor solar.
·
Meningkatkan iklan wisata untuk
menarik wisatawan mancanegara
Untuk
meningkatkan minat wisatawan mancanegara, pemerintah menambah dana promosi
untuk tahun ini sebesar Rp 1,3 triliun. Sebelumnya dana untuk promosi
pariwisata hanya disediakan Rp 300 miliar. Hal ini juga didukung dengan
pembebasan visa bagi 30 negara. Pemerintah berharap hal ini dapat meningkatkan
jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 2 juta orang setiap tahunnya meskipun
saat ini terjadi kelesuan ekonomi di beberapa negara.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dibagi menjadi dua,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal terdiri dari
perekonomian Indonesia yang kurang
mapan, pelarian modal kembali ke luar negeri (Capital Flight), ketidakstabilan
politik-ekonomi di Indonesia, dan kultur bangsa yang cenderung konsumtif
dan boros. Sedangkan faktor eksternal berupa keadaan ekonomi Amerika Serikat
yang baik dan Rencana kenaikan suku bunga Bank Central Amerika The Fed 2015.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar memilik
dampak positif dan negatif terhadap para pelaku bisnis. Dampak positif dari
pelemahan nilai tukar rupiah sangat dirasakan pada sektor perikanan, kopi,
kakao, mebel dan produk lainnya yang sebagian besar diekspor ke luar negeri. Mereka
cenderung menggunakan dolar Amerika Serikat sebagai alat transaksi.
Dampak negatifnya adalah harga bahan baku impor yang
naik menyebabkan para pelaku bisnis harus berupaya untuk menutupi kerugian
dengan menaikkan harga produk, mengurangi ukuran produk, mengurangi produksi
dan sebagainya. Hal ini perlu dilakukan untuk tetap bertahan dalam perekonomian
yang tidak stabil seperti sekarang ini.
Berbagai upaya pun dilakukan oleh pemerintah dengan
menetapkan berbagai kebijakan seperti menerapkan kembali UU No 7 tahun 2011,
mendongkrak ekspor, meneken empat paket kebijakan, meningkatkan iklan wisata, dan
berbagai tindakan lainnya untuk menstabilkan perekonomian Indonesia dan
menguatkan nilai mata uang rupiah.
3.2. Saran
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
memberikan banyak dampak negatif terhadap para pelaku bisnis, hal ini
disebabkan bahan baku produksi yang sebagian besar harus diimpor dari luar
negeri karena persediaan dalam negeri yang terbatas. Hal ini tidak dapat
dibiarkan terjadi secara terus-menerus, karena akan menghambat pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
Diperlukan peran penting dari pemerintah untuk
menstabilkan kembali nilai rupiah, karena kebijakan yang dilakukan pemerintah
saat ini dinilai lamban dan tidak efektif mengingat posisi nilai tukar rupiah
saat ini masih dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
Namun kita sebagai konsumen selayaknya mengapresiasi
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini dengan cara membeli produk
dalam negeri dan membatasi pembelian produk dari luar, melakukan transaksi
dengan menggunakan mata uang rupiah serta memilih berlibur di Indonesia
daripada ke luar negeri. Hal ini sedikit banyak dapat memperkuat nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sehingga perekonomian Indonesia menjadi
stabil.